Asal usul gank motor di Idonesia
SEJARAH GENG MOTOR DI INDONESIA
KHUSUS NYA XTC
1.Ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker ,
Grab on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez).
Keempat geng itu sama- sama eksis dan memiliki anggota di atas 1000
orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah pinggiran Jawa
Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon dan Subang.
Kita mulai saja dengan Moonraker. Inilah konon ruh dari semua geng motor
di Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini,
dirajut oleh tujuh orang pemuda yang sama-sama hobi balap.
Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang
kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna
putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena
pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik
komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera
kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar.
Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok
motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem
keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan
membuat program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas
Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu
penyelamat.
“Panglima Perang” mungkin terdengar unik dalam sebuah organisasi
pencinta motor. Istilah ini biasanya digunakan oleh lembaga keamanan
atau kelompok bersenjata. Di Moonraker sendiri, Panglima Perang bertugas
mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat
keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain. Jika ada
keputusan perang, informasi menyebar ke seluruh anggota paling lama
dalam waktu 24 jam.
Bagi para pembangkang yang melanggar tata tertib organisasi, sudah
disiapkan tempat yang mereka sebut dengan nama “Sel 13,” semacam
mahkamah pengadilan. Tempat ini paling dihindari oleh semua anggota.
Jangan mengharap sebuah proses hukum layaknya sebuah lembaga pengadilan.
Di sini para pembangkang itu akan mendapat penyiksaan dari
senior-seniornya.
Kategori pelanggaran itu antara lain memakai dan mengedarkan narkoba,
bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan sesama
anggota Moonraker. Pengikut Moonraker semakin lama, terus membengkak.
Kini tercatat anggotanya mencapai 1.400 orang, tersebar di berbagai
wilayah.
Menurut Dandy Alfandy, salah satu pentolan Moonraker, sejak awal
kelompok ini berorientasi pada balapan. Konflik dengan geng XTC (musuh
terbesar Moonraker) pertama kali dipicu saat berlangsung kompetisi Road
Race piala Djarum Super tahun 90-an. Persoalannya sepele saja, hanya
senggol-menyenggol di arena balapan, entah siapa yang memulai.
Puncaknya, terjadi tawuran besar-besaran antara ke dua geng ini pada
tahun 1999. Satu orang meninggal dunia pada peristiwa itu. Hingga kini
dendam sejarah itu masih mengendap dari generasi ke generasi.
XTC punya anggota lebih banyak dari Moonraker. Siapa mereka? XTC atau
Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda. Belakangan
nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak
berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru
muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan
solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang
diserang, maka yang lainnya akan membela.
Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC
se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya
yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez
dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC. Brigez yang
paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya
permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez
menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.
“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang
yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota
XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng
lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator
Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada
saat akan melakukan perbutan wilayah. Perebutan wilayah termasuk upaya
dalam rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise
dikalangan gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan
diam-diam ke basis-basis lawan.
Anggota XTC, banyak anak-anak dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar.
Lalu, mengapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat
yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang
sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan
perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki
oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi polisi
tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.
Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang
bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security
Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong
anak-anak XTC. Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil
Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah satu
karyawan bank berplat merah di Jawa Barat.
Dadan salah seorang anggota XTC mengatakan bahwa telah terjadi selisih
paham di antara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha
memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami,
ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak
laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Pepi mengaku sering
diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah
terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi
kalah,” kata Pepi. “Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam
jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga
meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala, ya lumayan
lah..”Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan
ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung.
Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjukrasa itu
bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka
memilih damai.
Pertengahan 2003, XTC melakukan penyerangan sensasional. Mereka
menyerang kantor kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung.
Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa
karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial,
akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak
bisa berbuat banyak menghadapi ribuan massa yang memadati Jalan
Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang
dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes Bandung.
“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar
menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul
kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”
TAHUN 1980-an juga ditandai kelahiran Brigez dan GBR.
Brigez lahir di SMUN 7 Bandung, sesuai dengan namanya Brigade Seven.
Sejak masih embrio pada tahun 80-an geng ini merupakan rival terberat
XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar kumpul-kumpul biasa.
“Kami hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak pakai helm, tidak
pakai lampu apalagi rambu-rambu,” kata Ilmanul, salah satu pendiri
Brigez. Dulu geng ini hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor.
Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah
di Jawa Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas. Tidak ada
pengurus, hanya ada ketua yang bertugas mengkoordinir saja.
Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya, menjadi lambang
identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya. Nama
Brigez acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja,
karena mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang
surya.
Berbeda dengan XTC, Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka
menolak bersimbiosis dengan lembaga plat merah atau ormas bentukan
kelompok politik tertentu. Menurut Ilmanul, lamaran dari Ormas Pemuda
Pancasila untuk bergabung, ditolaknya mentah-mentah. Kalau pun ada
anggotanya yang menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan
tidak membawa bendera Brigez. Bersamaan dengan Brigez, muncul pula Grab
on Road (GBR). Yang berbeda, geng ini dilahirkan di lingkungan SMPN 2
Bandung. Mereka tak rikuh kebut-kebutan, sekalipun banyak yang belum
pegang surat ijin mengemudi.
Kelompok ini mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu berbau Jerman,
paling tidak warna benderanya hitam-merah-kuning (urutan dari atas ke
bawah). Meski lahir di SMPN 2 Bandung, anggota GBR beragam. Bukan
hanya siswa atau alumni sekoah itu saja, tapi kalangan umum lain.
Supiana, Pebina Urusan Kesiswaan SMPN 2 Bandung, menolak sekolahnya
diidentikan dengan geng. “Tidak ada fakta bahwa GBR berdiri di SMPN 2,”
ujarnya. Namun ia membenarkan halaman sekolahnya dijadikan tempat
bergerombol pada sekitar tahun 80-an.
MASUK ke dalam komunitas ini tidak cuma-cuma. Calon anggota Moonraker,
misalkan, tak jarang diwajibkan mengendarai motor tanpa rem dari
Lembang hingga Jalan Setibudhi Bandung. Jaraknya sekitar 15 kilometer.
Kalau tidak disuruh ngebut tanpa rem, anak baru dipaksa berkelahi dengan
seniornya. Pendeknya, mereka tampil pada panggung kehidupan sosial
dengan menawarkan model-model kekerasan. Diakui atau tidak, itulah pola
yang terbentuk melalui berbagai gerakan yang mereka tampilkan.
Tindakan kekerasan seperti kebutuhan spritual untuk membentuk
identitas kelompoknya.
“Tindakan melanggar hukum memang ada, hanya agar orang lain tahu bahwa
kami ada,” kata Ilmanul, anggota Brigez itu. Ia kini berusia 27 tahun
dan kini berwiraswasta. “Kalau soal membuka jalan dan memukul spion
mobil orang, itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Ada juga
yang mencuri, tapi uangnya digunakan rame-rame untuk pergi keluar kota
atau konvoi,” tambahnya. Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan
itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara
kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan.
Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan
tahun. Mereka “mewajarkannya” sebagai salah satu upaya mencari jati
diri.
Yopi, anggota GBR berusia 25 tahun, punya pengalaman yang membuat
jantungnya bertabuh. Pada suatu malam di Jalan Cihampelas, dia bersama
seorang temannya menghadang dan mengancam seorang pengendara motor.
Setelah berhasil mematahkan keberanian orang itu, ia dan temannya justru
bingung mau melakukan apa. Akhirnya keduanya sepakat untuk mengambil
uang secukupnya dari dompet korban, lalu kabur sekencang-kencangnya.
“Deg-degan, tapi puas karena gak tertangkap polisi,” kenang Yopi seraya
tersenyum lebar.
Ada juga inisiasi yang lain. Untuk menjadi anggota senior, misalkan. Ia
tidak cukup dengan berapa lama dia bergabung di geng itu, tapi butuh
pembuktian bahwa orang itu berani melakukan hal yang paling beresiko
sekalipun. Semakin tinggi resiko yang dia ambil, semakin tinggi pula
penghormatan atas dirinya Senior adalah kedudukan penting bagi geng.
Seorang senior mempunyai keleluasaan dalam hal apapun. Ia juga mempunyai
hak menentukan keputusan terhadap para junior. Kedudukan senior
bahkan lebih tinggi di atas ketua geng. Senior bisa memutuskan salah
atau benar dan menghukum junior dengan caranya sendiri.
Wendy Pranandha, anggota GBR, mengatakan peran senior amat menentukan.
Sekali saja ada anggota yunior tidak kelihatan kumpul wajib setiap
malam minggu, si senior akan menghajar sesuka hatinya, tak peduli
alasan apapun. Kekerasan seolah mewakili spirit mereka. Mungkin juga
mereka menganggap itu pilihan
gaya hidup.
PERLU dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah
kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa
membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya
mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan
perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter
(kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger,
Mio.
Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal
aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja
jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.
2.Mulanya kumpul-kumpul sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi geng
yang beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka
membentuk gaya hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi
menancapkan identitas kelompok. Ngetrack, kebut-kebutan, dan tawuran
adalah upaya dalam pencarian identitas itu. KAWASAN Cilaki, Bandung,
suatu sore. Matahari mulai menepi. Tak seluruh siluetnya jatuh ke
jalanan. Kerimbunan pepohonan menghalanginya. Dalam teduh, tiga remaja
terlihat sedang duduk-duduk. Mereka pelajar sekolah menengah atas yang
sedang membunuh waktu, menunggu tibanya jadwal bimbingan belajar. Dari
kejauhan, sepeda-sepeda motor menderu-deru. Jumlahnya belasan. Mereka
jalan beriringan. Pedalnya dibuat meraung-raung, walau kecepatannya
tak lebih kencang dari pembalap paling bego sekalipun. Mereka
melintasi tiga pelajar itu. Mereka, seperti tiga pelajar itu, semuanya
berseragam putih abu. Tapi kedua kelompok jelas dari sekolah yang
berbeda, dan mungkin tak saling kenal. Sebagian pengendara
menyembunyikan seragam putih-abu itu di dalam jaketnya. Tepat di depan
ketiga pelajar, salah satu pengendara motor terjatuh, seperti
disengaja. Sontak saja teman-temannya melimpahkan kesalahan kepada
tiga pelajar itu. “Maneh budak mana, tong macem-macem ka aing,” bentak
salah satu pengendara motor itu. (Kamu anak mana, jangan
macam-macam.) Tiga pelajar tadi tak merespon. Merasa di atas angin,
para pengendara itu melampiaskan kebinatangannya. Salah seorang mulai
memukul. Dan ketika ketiga pelajar itu tak menunjukkan perlawanan,
yang lain makin berani dan mulai ikut memukul. Adegan selanjutnya
sudah bisa diduga, pengeroyokan tanpa alasan berlangsung dalam waktu
cepat. Dua di antara tiga pelajar itu babak belur. Antoni Adi Krisna,
salah satu pelajar dari SMUN 9 Bandung , dipukuli bertubi-tubi. Darah
segar mengalir dari hidungnya. Pelajar lainnya dari sekolah yang sama,
Muri Nugraha, dipaksa untuk menyerahkan barang berharga. Dompet pun
melayang. Seorang lagi, Rizal Satria pelajar SMUN 2 Bandung, selamat
dari aniaya itu. Ia mengambil langkah seribu. Usai beraksi, geng tadi
berlalu. Seorang pengendara tak lupa berseru dengan pongah “Aing raja
jalanan tong macem-macem ka aing.” (Aku raja jalanan, jangan
macam-macam). Suara knalpot memecah telinga, kemudian sunyi. “Saya dan
pedagang lain melihat kejadian itu, tapi tidak satupun di antara kami
yang berani melawan mereka. Jumlahnya terlalu banyak,” Maryati,
pemilik kios itu mengatakan kepada sayaMenurut Rita pengelola Daniel
Bimbingan Belajar, Antoni Adi Krisna mengalami shock dan tidak ingin
ditemui oleh wartawan. Demikian juga dengan orang tuanya yang tak
ingin anak-anaknya terus terusan dijadikan bahan pemberitaan. “Ini
tempat bimbingan belajar, jadi kami sangat menghormati pripasi pengguna
jasa kami,” ujar Rita ketika saya meminta bertemu degan Antoni. ADA
masa-masa tak aman di jalanan Bandung. Geng motor, beranggotakan
beberapa orang atau puluhan hingga ratusan, tak jarang bikin cemas.
Ajun Komisaris Besar Polisi Masyudi, Kepala Polisi Resort Bandung
Tengah, termasuk yang jengkel atas perilaku mereka. Ia mengancam akan
melarang keberadaan geng motor. Bisa dipahami kalau Masyudi jengkel.
Soalnya, menurut Inspektur Polisi Wadi Sa’bani, Kepala Unit Reserse
Kriminal Polisi Sektor Bandung Tengah, kasus-kasus kriminal yang
melibatkan geng sepeda motor belakangan ini menunjukkan kecenderungan
meningkat. Dalam satu tahun terakhir saja, kata dia, terjadi dua kasus
setiap minggunya. Jumlah ini belum termasuk pengaduan dari
masyarakat. Jenis kejahatannya beragam, mulai pencurian, tawuran,
perampokan dengan kekerasan dan pengrusakan tempat umum. “Di kota
lain, aksi brutal para gengster tidak separah di Bandung, bahkan
mungkin tidak ada,”ujarnya, menerka-nerka. Sa’bani yang saya temui di
kantornya mengungkapkan perilaku mereka didasari motif yang tak jelas.
Bahkan, bukan sekadar kebutuhan ekonomi. Faktanya, banyak dari mereka
berasal dari keluarga mampu. “Ada semacam kepuasan jika melakukan aksi
melanggar hukum.” “Kebanyakan dari mereka yang tercatat di kepolisian
adalah anggota kelompok XTC.” Menurut Sa’bani, di antara mereka tak
sedikit residivis dalam kasus pencurian kendaraan bermotor. Ada catatan
buat si residivis itu. Salah satunya menimpa perempuan muda bernama
Furwanti, 18 tahun. Tengah malam ia lewat di Jalan Laswi. Tiga motor
dengan enam orang pengendara, melaju pelan di hadapan Furyanti. Plat
nomor motor mereka ditutupi plastik. Satu dari mereka memepet Furyani
dan menempelkan sebilah golok di samping leher Furwanti. Hanya perlu
sedikit gerakan untuk menyobek leher itu. Furwanti terkesima dan
berhenti. Dengan sewenang-wenang mereka merampas helm dan kunci kontak,
lalu kabur dengan kecepatan tinggi. Belum habis teriakan Furwanti,
beberapa polisi mendekati Furwanti kemudian langsung mengejar mereka.
Nampaknya polisi telah mengintai mereka dari jauh. Polisi hanya
berhasil menangkap dua tersangka pelaku. Empat orang lainnya lolos. ***
KECENDERUNGAN perilaku mereka mengarah ke kriminal setidaknya telah
berlangsung sejak tahun 1990-an lalu, tak lama setelah arena balapan di
jalanan di Bandung dijaga ketat aparat kepolisian. Jalanan yang sering
digunakan untuk kebut-kebutan antara lain kawasan Gasibu di Jalan
Diponegoro, kawasan Dago dan Jalan Supratman. Arena kebut-kebutan tak
lagi terlokalisasi. Mereka menyebar secara sporadis ke jalanan lain yang
lolos dari pindaian polisi. Jalanan membawa hawa panas rupanya.
Mereka tak sekadar kebut-kebutan, tapi juga tawuran. Pada 1995, tiga
pemuda dikerangkeng di balik penjara, karena terbukti bersalah dalam
kasus tawuran antara geng Brigez dengan Binter Mercy. Satu orang
anggota Binter Mercy tewas. Saya berkunjung ke rumah Ilmanul salah
satu anggota Brigez yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Saya
mendapat sambutan hangat darinya. “Saat itu saya tidak tahu ada orang
yang terbunuh, saya baru tahu dari koran keesokan harinya,” ujar
Ilmanul meceritakan kepada saya. “Dalam tawuran, kita tidak peduli
berapa korban yang terluka atau yang terbunuh, yang penting saat itu
bagaimana menyelamatkan diri dan teman-teman,” tambahnya. Ilmanul
dihukum dua tahun penjara, sedangkan dua orang temannya masing-masing
dihukum tiga tahun dan 2,5 tahun penjara. “Waktu itu memang kami
bersalah, menggesek-gesekan samurai di depan mereka,” kata Ilmanul.
Yopi, anggota GBR, mengisahkan tragedi paling mengerikan dalam
hidupnya pada tahun 1998, ketika terjadi perang besar-besaran antara
GBR dengan XTC yang melibatkan ratusan anggota geng motor di kawasan
Dago. Lima orang meninggal dalam tragedi itu. Mereka mengenangnya
dalam ungkapan “Dago Menangis.” Yopi lulusan Universitas Pasundan
Bandung tengah mendirikan lembaga konsultan dalam bidang pangan. Ia
memutuskan untuk tidak lagi ikut dalam kegiatan geng motor.“Teman saya
banyak yang meninggal, akibat tawuran dan OD (Over
Dosis-red),”ungkapnya. Wendy Prananda, juga anggota GBR, menyaksikan
temannya sendiri kehilangan salah satu telinganya akibat dipotong lawan
tawurannya. Tapi peristiwa-peristiwa itu tidak menjadi alasan untuk
jera. Wendy menyukai dunia broadcast. Ia menjadi juru kamera di salah
satu televisi lokal di Bandung. “Kami seperti keluarga, meski saya
sudah jarang gabung, tapi soal kesetiakawanan gak pernah luntur,” kata
Wendy ketika saya menemuinya di kantornya. Tahun itu seolah menjadi
titik klimaks aksi brutal mereka. Pertemuan antar geng sering jadi
saat yang paling rawan gesekan. Nyawa berguguran dan melahirkan dendam
tak berujung. Samurai, jenis golok berukuran panjang yang biasa
digunakan oleh kelompok Ninja di Jepang, menjadi senjata khas mereka.
Tidak hanya saat tawuran, senjata ini biasa dipamerkan pada saat
konvoi. Samurai dilepas dan ujung runcingnya digesekkan ke jalanan
hingga memercikan cahaya api. Senjata lainnya yang biasa digunakan
yakni golok, stik soft ball, bom molotof bahkan senjata api jenis
pistol. Tidak tahu pasti siapa yang menggunakan senjata api, namun
dari penuturan sebagian anggota geng yang saya temui, semuanya pernah
melihat teman satu gengnya menggenggam pistol atau malahan diancam
dengan pistol. Tragedi demi tragedi terus terjadi. Dendam terus
berkecamuk, seperti snow ball. “Tidak perlu ada masalah, pokoknya
kalau ketemu, kami saling hajar,” kata Devi Makmur alias Felix, salah
satu pentolan XTC. Usianya masih muda belum genap 30 tahun. Saya
menemuinya di sebuah café tenda di Jalan Dipatiukur. Kejadian paling
hangat Agustus 2006 ketika Brigez sedang konvoi ke daerah Garut.
Tiba-tiba XTC melempari mereka dengan batu. Terjadi kejar-kejaran,
lalu tawuran. Satu unit rumah dan mobil milik warga hancur.
“Permasalahan dengan XTC tidak akan pernah berakhir sampai kapan pun.
Kami tidak pernah mewarisi dendam ini, tapi generasi selanjutnya akan
tahu dengan sendirinya,” ujar Ilmanul kepada saya. *** PERLU dibedakan
antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah kumpulan
orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan
jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya mengusung
merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat
organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter
(kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio.
Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal
aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi
raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.
Ada empat geng motor yang pali
3.BANDUNG (Pos Kota) - Awalnya geng motor hanya kumpulan anak-anak
remaja yang hobi ngebut dengan motor, baik siang maupun malam
hari di Kota Bandung . Mereka melakukan balapan motor alias
trek-trekan di jalanan umum. Tapi kini, geng motor kini sudah
meresahkan masyarakat, karena sepak terjangnya makin beringas.
Kelompok ini sekarang sudah menyebar ke berbagai wilayah, meski
organisasi induknya tetap berada di Kota Bandung , Jawa Barat.
Untuk mengetahui, kenapa mereka berubah brutal dan jahat, kita
mesti lebih dulu mengetahui latarbelakang organisasinya dan
doktrin yang diterapkan saat mereka direkrut yang disebut sumpah.
Setiap anggota geng motor dalam sumpahnya, harus berani melawan
polisi berpangkat komisaris ke bawah. Anggota harus berani
melawan orangtuanya sendiri. Sumpah terakhir, anggota harus
bernyali baja dalam melakukan kejahatan.
Demikian tiga sumpah anggota geng motor di Bandung dalam buku
putihnya yang ditemukan polisi pada tahun 1999. Dokumen setebal
20 halaman yang diamankan Kapolwiltabes Bandung saat itu, Kolonel
(Kombes-Red) Yusuf Mangga Barani, nampaknya menjadi sumpah atau
patokan geng motor selama ini.
4 GENG TERKENAL Berdasarkan penyelidikan, ada empat geng terkenal
di Kota Bandung , yakni Exalt To Coitus (XTC), Grab On Road (GRB),
Berigadir Seven (Briges) dan Mounraker yang pada hakikatnya
memiliki ideologi sama, mencetak anggota dari kalangan siswa SMP
dan SMA menjadi remaja yang berperilaku jahat dan tak lepas dari
tiga sumpah di atas. Anggota bukan saja laki-laki, tetapi banyak
juga remaja putri yang senang ngumpul-ngumpul, berbaur dengan
putra.
Merujuk dari tiga poin doktrin geng motor tersebut, dapat
dimaklumi kalau mereka selalu berbuat jahat karena termotivasi
doktrin yang ada di kumpulanya itu. Hanya saja, aksi kejahatan
mereka kini semakin membabi buta. Bukan saja sebatas tawuran atau
merampas sepeda motor, tapi mereka sudah berani merampok dan
membunuh. Masalah kejahatan inilah yang kini jadi momok warga
Bandung untuk keluar pada malam hari. Dan sering membuat
kewalahan polisi untuk memberantasnya.
POTONG JARI Geng XTC berdiri pada tahun 1982 di Kota Bandung .
Dengan menancapka bendera putih biru muda bergambarkan lebah itu
awalnya didirikan sekelompok anak SMA swasta elite di kota ini.
Rekruitmen anggota terus digenjot kelompok ini. Sehingga pada
usia belasan tahun geng ini mampu menarik anak sekolah dan dengan
cepat berkembang di daerah-daerah di Jawa Barat.
Exalt To Coitas tercatat beranggotakan di atas 5.000 orang.
Anggota ini tersebar mulai Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Ciamis, Garut, Tasikmlaya, Sumedang, Cianjur, Subang, hingga
Cirebon dan Kuningan. Sejalan dengan tipe lebah, anggota geng
tersebut selalu kompak bila ada anggotanya yang disakiti anggota
geng lain. Bagaikan lebah, ketika disakiti, mereka terus memburu
musuh-musuhnya yang menggangu kenyaman hidup mereka.
Kami mengakui kalau XTC merupakan geng terbesar di Bandung
dibanding tiga geng lainnya. Kekuatan semakin besar egonya pun
tak ketulungan. Walau geng lain tak menggangu, XTC selalu membuat
masalah, kata sejumlah pentolan geng motor yang menolak ditulis
namanya.
XTC geng motor yang terkuat saat ini. Jumlah anggota semakin
bertambah, sehingga daerah jajahan nya pun semakin luas. Semula
XTC hanya menguasai sejumlah ruas jalan di Kota Bandung mulai
Jalan Peta, Buahbatu, Gatot Subroto dan Jalan Diponogoro. Namun,
belakangan, daerah kekuasaan geng ini semakin bertambah dan mampu
mencaplok daerah Jalan Dago, Pasteur hingga Kiaracondong.
Dengan adanya eksvansi daerah kekuasaan ternyata banyak
menyinggung kewibawaan geng motor lainnya di Kota Bandung .
Buntunya, percikan pertengkaran dan saling serang menyerang terus
terjadi meski harus menumbalkan nyawa anggotanya.
Diakui atau tidak, geng XTC dimusuhi tiga geng lainnya. Ini bukan
impian tapi kenyataan, kata para remaja di Bandung .
Dalam membuat anggota baru, XTC memiliki cara tersendiri. Para
anggota yang datang dari lingkungan sekolah SMP dan SMA selalu
digodok di daerah Lembang selama empat hari untuk mengikuti
training loyalitas.
Polisi jajaran Polwiltabes Bandung mencatat, training loyalitas
yang diterapkan bukan berupa pelajaran sekolah, melainkan berupa
penggojlokan fisik mulai ditendang diinjak dan dipukul.
Penyiksaan ala IPDN terhadap praja lebih ringan dibanding
penyiksdaan di XTC. Dan cuplikan gambar tersebut ada di CD yang
berhasil diamankan Polwiltabes, kata sejumlah anggota polisi.
Yang lebih parah lagi, semua anggota baru yang lulus dalam uji
loyalitas, harus mengikuti tes terakhir ketika mereka pulang ke
rumah. Tes itu berupa mengendarai sepeda motor Lembang-Bandung
tanpa harus menggunakan rem. Latihan ini yang kini terus
dikembang dalam aksi kejahatan perampasan perampokan dan
penyerangan di tengah jalan, kata dia. Anggota XTC memiliki
keunikan tersendiri dalam organisasinya.
Setiap orang mengundurkan diri dari keanggotaanya yang
bersangkutan diharuskan potong jari kelingking. Upacara ini
menandakan kesetiaan seseorang terhadap geng. Luar biasa !
MINUM DARAH ANJING Berbeda dengan geng motor Brigadir Seven
(Briges) dalam merekrut anggota barunya. Tiga doktrin utama
seperti musuhi polisi, lawan orang tua, dan berlaku jahat di
tengah malam terus dikembangkan pada tubuh geng yang semula
beranggotakan siswa SMA 7 Bandung. Terhadap anggota baru,
Komandan Briges terus melakukan uji nyali mulai keterampilan
dalam beraksi hingga mereka diharuskan minum darah anjing dan
ayam. Konon, dua darah ini bisa menubuhhkan rasa berani pada diri
seseorang.
Dengan keberaniannya dalam beraksi, Briges mengalami perkembangan
cukup lumayan. Di bawah bendera negera Jerman bergambarkan
kelelawar hitam, Briges terus mengembangkan sayap dalam dunia
geng hingga mengalami kekuatan kedua setelah XTC.
Dalam dunia pergengan di Bandung , Briges yang berdiri pada tahun
1980-an menempati posisi kedua dan sekaligus musuh bubuyutan XTC.
Beberapa tahun belakangan, Briges berubah arti. Semula Brigadir
Seven, tiba-tiba pada tahun 1999 berubah menjadi Brigadir
Gestapu. Ketika nama Gestapu melekat pada kelompok mereka aksi
brutalnya pun semakin menjadi-jadi. Setiap hari terus tawuran dan
menyerang sekolah-kolah di Bandung . Tak kurang dari seminggu tiga
kali, Beriges selalu bentrok dengan XTC.
Dalam pencaturan wilayah kekuasaan, Briges hanya mengendalikan
beberapa jumlah ruas jalan yang ada di Bandung . Jalan Lengkong
Kecil dan Besar, tempat sekolah mereka berdiri, merupakan daerah
kekuasaan utamanya yang tak bisa diganggu siapapun. Ketika
nyalinya semakin tinggi, Jalan Asia Afrika berhasil diambilalih
termasuk Jalan Sudirman kota Bandung .
Moonraker, geng motor yang beridiri pada tahun 1978. Para pendiri
geng ini merupakan siswa SMA yang ada di Jalan Dago yang
mencintai dunia balapan motor pada waktu itu. Nama geng itu
sendiri diambil dari judul film James Bond yang sedang naik daun
pada waktu itu. Dalam pencaturan jumlah anggota geng ini di bawah
Briges. Kecilnya anggota bukan jadi ukuran dalam dunia kejahatan.
Anggota Moonraker sama saja dengan yang lain, beringas, ganas dan
selalu siap perang pada malam hari. Di bawah naungan bendera
merah putih biru bergambarkan kelelawar, Mounraker mampu berkuasa
di kota ini. Sepanjang Jalan Dago, Dipati Ukur dan Dago pojok
merupakan wilayah kekuasaanya. Belakangan geng ini sering bentrok
dengan XTC menyusul sebagian wilayahnya telah dieksvansi geng
itu.
Grab On Road (GRB) merupakan geng motor paling bontot di Kota
Kembang. Anggota mayopritas anak SMP 2 yang memiliki hobi balapan
setiap malam. Di bawah bendera merah kining hitam, geng tetap
berjalan meski anggotanya hanya sedikit dibanding tiga geng
lainnya.
Daerah kekuasaan mereka sepanjang Jalan Sunda, Sumatera dan
sekitarnya.
Geng ini lamban dalam melakukan perkerutan anggota. Hal itu
tertjadi karena pentolan pengurus masih anak SMP sehingga pola
pegembangan organisasdinya cukup lamban. Kejahatan, jangan
ditanya. Beringasnya sama saja, kata polisi.
INCAR EMPAT GENG Empat geng motor yang terus membuat kisruh di
Bandung nyatanya turut mengundang amarah polisi. Tak
tanggung-tanggung, Kapolrtesta Bandung Tengah AKBP Mashudi
menegaskan empat geng motor itu yang menjadi inacaran kepolisian.
Keempat geng ini incaran kami karena selalu bikin ulah,
tandasnya.
Polisi mengincar geng motor sangat dimalumi. Pasalnya, dalam dua
bulan terakhir tercatat tiga warga tewas sia-sia akibat dibantai
anggota geng motor. Sebut saja Asep siswa SMA tewas dibantai
kemudian mayatnya dibuang ke sungai di Celenyi Kabupaten Bandung .
Kemudian sensi anak SMA tewas dibantai geng motor dan mayatnya
dibuang diselokan daerah margahayu raya. Korban ketiga PNS Kanwil
Bea Cukai Merak Banten
Putu. Korban ini dibantai ketika sedang silaturahmi ke teannya di
Bandung .
Aksi kejahatan yang dilakukan geng motor, lanjut Mashudi, sangat
monoton. Mereka berkelompok menyergap merampas dan menguras
hartanya. Bila melawan korban dihabisi. Geng ini tak mau
bergerak sendirian, tegasnya. Dari fakta yang ada, lanjut dia,
korban warga biasa (diluar anak sekolah) dibunuh ketiuka mereka
melawan. Alasan melakukan pembunuhan sangat enteng yaitu salah
sasaran.
Jika korban menimpa anak SMA itu murni dibantai karena adanya
permusuhan antara geng. Korban terpaksa dibantai karena diduga
menyakiti anggota geng lain, atau mengkhianati geng yang korban
masuki. Pengunglapan sangat a lot karena pelajar yang berhasil
ditangkap selalu tutup mulut untuk ketika ditanya masalah gengnya
itu,.
Berdasar bukti yang ada, anggota geng motor merupakan anak dari
para pejabat yang ada di kota bandung . Melihat status sosial
orang tuanya, ada kesan polisi nampak menutup sebelah mata
terhadap aksi kejahatan geng motor tadi. Namun, Kapolda Jabar
Irjen Pol Sunarko, memberikan sinyal, supaya geng motor yang
berulah diproses secara hukum. Tak peduli anak siapa dan
darimana, kalau bersalah proises sesuai hokum, tegas kapolda
kemarin.
BISA MEMBAHAYAKAN KRIMINOLOG Soedjono, berkomentar blak-blakan
masalah geng motor ini. Dia mengaku blak-blakan atas keburutalan
mereka. Jangan dibiarkan, bisa-bisa nantinya membahayakan!
Geng motor kata dia, merupakan wadah yang mampu memberikan gejala
watak keberingasan anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari
trend an mode yang sedang berlangsung saat itu. Aksi brutal itu
perlu diredam. Mulanya berbuat jahat dari yang ringan seperti
bolos sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan membunuh.
Lumrahnya jika sudah berani jahat ada indikasi mereka
mengkonsumsi narkoba, kata dia.
Menyikapi masalah ancaman terhadap polisi, demikian Soedjono,
perlu dijadikan alat kaji diri untuk kepolsian. Ancaman mereka
nampaknya serius karena anggota geng mengakui polisi merupakan
penghalang utama dalam melakukan kejahatan. Mereka berlaku jahat
ujung-ujungnya berusurasan dengan polisi. Makanya mereka benci
polisi, tuturnya.
Begitu pun membenci melawan orang tua. Mereka sadar karena masih
sekolah sumber keuangan ada di orang tua. Olehgkarenanya, jika
orang tua tak memberi uang cukup, mereka terpoaksa membenci dan
mengancam orangtuanya tadi. Sedang aksi kejahatan berupa
perampasan dan perampokan, merupakan jalan lain untuk
m,endapatkan penghasilan. Pola piker seperti harus segera
dihentikan,.
Solusi konkret yang perlu ditempuh adalah, kepolisian haruis
konsisten memberantas mereka. Kemudian DInas pendidikan dan
sekolah harus turut bergandeng tangan dengan polri dalam
meminimalisir aksi kejahatan itu. Jangan ada kesan Diknas cuci
tangan Karen ada polisi. Cuci tangan ini yang membahayakan,
katanya.
TEMBAK DITEMPAT Kebrutalan geng motor bukan saja dirasakan pihak
kepolisian. Warga pun kini mulai merasa gerah akan ulah mereka.
Aksi mereka yang dilakukan tengah malam, membuat rasa takut warga
Bandung untuk jalan-jalan di malam hari. kami merasa tak nyaman
malam hari di bandung . Khawatir geng motor nyerang dan merampas
motor. Olehkarenya kami setuju kalau mereka yang berbuat jahat
tembak ditempat saja, kata warga, Yunus,45,.
Hal sama diungkapkan tokoh masyarakat wilayah Bandung Timur. H.
Muhamad Husein dengan tegas meminta supaya polisi bertyindak
tegas kepada geng motor ketika melakukan aksi kejahatan. kami
piker tak perlku pusing kalau sudah cukup bukti dan tertanghkap
basah berlaku jahat tembak mati saja, katanya.
Tembak mati atau tembak melumpuhkan, merupakan stimulus jitu
untuk memberikan efek jera pada meraka. Namun, action polisi
mengarah ke penembakan itu belum, ada, sehingga ada kesan polri
sangat menutup mata akan kejahatan geng motor tadi. Geng motor
yang diproses di perngadilan tak akan memberikan efek jera.
Ketika pelaku divonis bebas, rekan-rekannya menyambut dan
mengelu-eluka. Jika anggota geng motor ditangjap dan diadili maka
anggota itu menjadi pahlawan, tegasnya.
Olehkarenya, untuk memberikan rasa aman pada warga dan tamu luar
kota yang dating ke bandung , tiondakan tegas kepada anggota geng
motor harus segera dilakukan. Kami sangat prihatin bila ada tamu
ke
Bandung kemudian tewas dibantai geng motor. Mereak telah merusak
citra kota Bandung , katanya, seraya menambahkan, warga luar kotra
yang ada di bandung waspadalah bila jalan-jalan pada tengah
malam
SEJARAH GENG MOTOR DI INDONESIAKHUSUS NYA XTC
1.Ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker ,
Grab on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez).
Keempat geng itu sama- sama eksis dan memiliki anggota di atas 1000
orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah pinggiran Jawa
Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon dan Subang.
Kita mulai saja dengan Moonraker. Inilah konon ruh dari semua geng motor
di Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini,
dirajut oleh tujuh orang pemuda yang sama-sama hobi balap.
Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang
kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna
putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena
pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik
komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera
kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar.
Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok
motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem
keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan
membuat program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas
Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu
penyelamat.
“Panglima Perang” mungkin terdengar unik dalam sebuah organisasi
pencinta motor. Istilah ini biasanya digunakan oleh lembaga keamanan
atau kelompok bersenjata. Di Moonraker sendiri, Panglima Perang bertugas
mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat
keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain. Jika ada
keputusan perang, informasi menyebar ke seluruh anggota paling lama
dalam waktu 24 jam.
Bagi para pembangkang yang melanggar tata tertib organisasi, sudah
disiapkan tempat yang mereka sebut dengan nama “Sel 13,” semacam
mahkamah pengadilan. Tempat ini paling dihindari oleh semua anggota.
Jangan mengharap sebuah proses hukum layaknya sebuah lembaga pengadilan.
Di sini para pembangkang itu akan mendapat penyiksaan dari
senior-seniornya.
Kategori pelanggaran itu antara lain memakai dan mengedarkan narkoba,
bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan sesama
anggota Moonraker. Pengikut Moonraker semakin lama, terus membengkak.
Kini tercatat anggotanya mencapai 1.400 orang, tersebar di berbagai
wilayah.
Menurut Dandy Alfandy, salah satu pentolan Moonraker, sejak awal
kelompok ini berorientasi pada balapan. Konflik dengan geng XTC (musuh
terbesar Moonraker) pertama kali dipicu saat berlangsung kompetisi Road
Race piala Djarum Super tahun 90-an. Persoalannya sepele saja, hanya
senggol-menyenggol di arena balapan, entah siapa yang memulai.
Puncaknya, terjadi tawuran besar-besaran antara ke dua geng ini pada
tahun 1999. Satu orang meninggal dunia pada peristiwa itu. Hingga kini
dendam sejarah itu masih mengendap dari generasi ke generasi.
XTC punya anggota lebih banyak dari Moonraker. Siapa mereka? XTC atau
Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda. Belakangan
nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak
berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru
muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan
solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang
diserang, maka yang lainnya akan membela.
Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC
se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya
yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez
dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC. Brigez yang
paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya
permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez
menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.
“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang
yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota
XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng
lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator
Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada
saat akan melakukan perbutan wilayah. Perebutan wilayah termasuk upaya
dalam rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise
dikalangan gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan
diam-diam ke basis-basis lawan.
Anggota XTC, banyak anak-anak dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar.
Lalu, mengapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat
yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang
sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan
perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki
oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi polisi
tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.
Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang
bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security
Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong
anak-anak XTC. Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil
Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah satu
karyawan bank berplat merah di Jawa Barat.
Dadan salah seorang anggota XTC mengatakan bahwa telah terjadi selisih
paham di antara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha
memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami,
ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak
laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Pepi mengaku sering
diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah
terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi
kalah,” kata Pepi. “Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam
jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga
meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala, ya lumayan
lah..”Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan
ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung.
Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjukrasa itu
bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka
memilih damai.
Pertengahan 2003, XTC melakukan penyerangan sensasional. Mereka
menyerang kantor kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung.
Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa
karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial,
akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak
bisa berbuat banyak menghadapi ribuan massa yang memadati Jalan
Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang
dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes Bandung.
“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar
menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul
kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”
TAHUN 1980-an juga ditandai kelahiran Brigez dan GBR.
Brigez lahir di SMUN 7 Bandung, sesuai dengan namanya Brigade Seven.
Sejak masih embrio pada tahun 80-an geng ini merupakan rival terberat
XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar kumpul-kumpul biasa.
“Kami hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak pakai helm, tidak
pakai lampu apalagi rambu-rambu,” kata Ilmanul, salah satu pendiri
Brigez. Dulu geng ini hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor.
Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah
di Jawa Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas. Tidak ada
pengurus, hanya ada ketua yang bertugas mengkoordinir saja.
Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya, menjadi lambang
identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya. Nama
Brigez acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja,
karena mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang
surya.
Berbeda dengan XTC, Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka
menolak bersimbiosis dengan lembaga plat merah atau ormas bentukan
kelompok politik tertentu. Menurut Ilmanul, lamaran dari Ormas Pemuda
Pancasila untuk bergabung, ditolaknya mentah-mentah. Kalau pun ada
anggotanya yang menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan
tidak membawa bendera Brigez. Bersamaan dengan Brigez, muncul pula Grab
on Road (GBR). Yang berbeda, geng ini dilahirkan di lingkungan SMPN 2
Bandung. Mereka tak rikuh kebut-kebutan, sekalipun banyak yang belum
pegang surat ijin mengemudi.
Kelompok ini mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu berbau Jerman,
paling tidak warna benderanya hitam-merah-kuning (urutan dari atas ke
bawah). Meski lahir di SMPN 2 Bandung, anggota GBR beragam. Bukan
hanya siswa atau alumni sekoah itu saja, tapi kalangan umum lain.
Supiana, Pebina Urusan Kesiswaan SMPN 2 Bandung, menolak sekolahnya
diidentikan dengan geng. “Tidak ada fakta bahwa GBR berdiri di SMPN 2,”
ujarnya. Namun ia membenarkan halaman sekolahnya dijadikan tempat
bergerombol pada sekitar tahun 80-an.
MASUK ke dalam komunitas ini tidak cuma-cuma. Calon anggota Moonraker,
misalkan, tak jarang diwajibkan mengendarai motor tanpa rem dari
Lembang hingga Jalan Setibudhi Bandung. Jaraknya sekitar 15 kilometer.
Kalau tidak disuruh ngebut tanpa rem, anak baru dipaksa berkelahi dengan
seniornya. Pendeknya, mereka tampil pada panggung kehidupan sosial
dengan menawarkan model-model kekerasan. Diakui atau tidak, itulah pola
yang terbentuk melalui berbagai gerakan yang mereka tampilkan.
Tindakan kekerasan seperti kebutuhan spritual untuk membentuk
identitas kelompoknya.
“Tindakan melanggar hukum memang ada, hanya agar orang lain tahu bahwa
kami ada,” kata Ilmanul, anggota Brigez itu. Ia kini berusia 27 tahun
dan kini berwiraswasta. “Kalau soal membuka jalan dan memukul spion
mobil orang, itu biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Ada juga
yang mencuri, tapi uangnya digunakan rame-rame untuk pergi keluar kota
atau konvoi,” tambahnya. Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan
itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara
kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan.
Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan
tahun. Mereka “mewajarkannya” sebagai salah satu upaya mencari jati
diri.
Yopi, anggota GBR berusia 25 tahun, punya pengalaman yang membuat
jantungnya bertabuh. Pada suatu malam di Jalan Cihampelas, dia bersama
seorang temannya menghadang dan mengancam seorang pengendara motor.
Setelah berhasil mematahkan keberanian orang itu, ia dan temannya justru
bingung mau melakukan apa. Akhirnya keduanya sepakat untuk mengambil
uang secukupnya dari dompet korban, lalu kabur sekencang-kencangnya.
“Deg-degan, tapi puas karena gak tertangkap polisi,” kenang Yopi seraya
tersenyum lebar.
Ada juga inisiasi yang lain. Untuk menjadi anggota senior, misalkan. Ia
tidak cukup dengan berapa lama dia bergabung di geng itu, tapi butuh
pembuktian bahwa orang itu berani melakukan hal yang paling beresiko
sekalipun. Semakin tinggi resiko yang dia ambil, semakin tinggi pula
penghormatan atas dirinya Senior adalah kedudukan penting bagi geng.
Seorang senior mempunyai keleluasaan dalam hal apapun. Ia juga mempunyai
hak menentukan keputusan terhadap para junior. Kedudukan senior
bahkan lebih tinggi di atas ketua geng. Senior bisa memutuskan salah
atau benar dan menghukum junior dengan caranya sendiri.
Wendy Pranandha, anggota GBR, mengatakan peran senior amat menentukan.
Sekali saja ada anggota yunior tidak kelihatan kumpul wajib setiap
malam minggu, si senior akan menghajar sesuka hatinya, tak peduli
alasan apapun. Kekerasan seolah mewakili spirit mereka. Mungkin juga
mereka menganggap itu pilihan
gaya hidup.
PERLU dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah
kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa
membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya
mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan
perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter
(kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger,
Mio.
Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal
aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja
jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.
2.Mulanya kumpul-kumpul sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi geng
yang beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka
membentuk gaya hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi
menancapkan identitas kelompok. Ngetrack, kebut-kebutan, dan tawuran
adalah upaya dalam pencarian identitas itu. KAWASAN Cilaki, Bandung,
suatu sore. Matahari mulai menepi. Tak seluruh siluetnya jatuh ke
jalanan. Kerimbunan pepohonan menghalanginya. Dalam teduh, tiga remaja
terlihat sedang duduk-duduk. Mereka pelajar sekolah menengah atas yang
sedang membunuh waktu, menunggu tibanya jadwal bimbingan belajar. Dari
kejauhan, sepeda-sepeda motor menderu-deru. Jumlahnya belasan. Mereka
jalan beriringan. Pedalnya dibuat meraung-raung, walau kecepatannya
tak lebih kencang dari pembalap paling bego sekalipun. Mereka
melintasi tiga pelajar itu. Mereka, seperti tiga pelajar itu, semuanya
berseragam putih abu. Tapi kedua kelompok jelas dari sekolah yang
berbeda, dan mungkin tak saling kenal. Sebagian pengendara
menyembunyikan seragam putih-abu itu di dalam jaketnya. Tepat di depan
ketiga pelajar, salah satu pengendara motor terjatuh, seperti
disengaja. Sontak saja teman-temannya melimpahkan kesalahan kepada
tiga pelajar itu. “Maneh budak mana, tong macem-macem ka aing,” bentak
salah satu pengendara motor itu. (Kamu anak mana, jangan
macam-macam.) Tiga pelajar tadi tak merespon. Merasa di atas angin,
para pengendara itu melampiaskan kebinatangannya. Salah seorang mulai
memukul. Dan ketika ketiga pelajar itu tak menunjukkan perlawanan,
yang lain makin berani dan mulai ikut memukul. Adegan selanjutnya
sudah bisa diduga, pengeroyokan tanpa alasan berlangsung dalam waktu
cepat. Dua di antara tiga pelajar itu babak belur. Antoni Adi Krisna,
salah satu pelajar dari SMUN 9 Bandung , dipukuli bertubi-tubi. Darah
segar mengalir dari hidungnya. Pelajar lainnya dari sekolah yang sama,
Muri Nugraha, dipaksa untuk menyerahkan barang berharga. Dompet pun
melayang. Seorang lagi, Rizal Satria pelajar SMUN 2 Bandung, selamat
dari aniaya itu. Ia mengambil langkah seribu. Usai beraksi, geng tadi
berlalu. Seorang pengendara tak lupa berseru dengan pongah “Aing raja
jalanan tong macem-macem ka aing.” (Aku raja jalanan, jangan
macam-macam). Suara knalpot memecah telinga, kemudian sunyi. “Saya dan
pedagang lain melihat kejadian itu, tapi tidak satupun di antara kami
yang berani melawan mereka. Jumlahnya terlalu banyak,” Maryati,
pemilik kios itu mengatakan kepada sayaMenurut Rita pengelola Daniel
Bimbingan Belajar, Antoni Adi Krisna mengalami shock dan tidak ingin
ditemui oleh wartawan. Demikian juga dengan orang tuanya yang tak
ingin anak-anaknya terus terusan dijadikan bahan pemberitaan. “Ini
tempat bimbingan belajar, jadi kami sangat menghormati pripasi pengguna
jasa kami,” ujar Rita ketika saya meminta bertemu degan Antoni. ADA
masa-masa tak aman di jalanan Bandung. Geng motor, beranggotakan
beberapa orang atau puluhan hingga ratusan, tak jarang bikin cemas.
Ajun Komisaris Besar Polisi Masyudi, Kepala Polisi Resort Bandung
Tengah, termasuk yang jengkel atas perilaku mereka. Ia mengancam akan
melarang keberadaan geng motor. Bisa dipahami kalau Masyudi jengkel.
Soalnya, menurut Inspektur Polisi Wadi Sa’bani, Kepala Unit Reserse
Kriminal Polisi Sektor Bandung Tengah, kasus-kasus kriminal yang
melibatkan geng sepeda motor belakangan ini menunjukkan kecenderungan
meningkat. Dalam satu tahun terakhir saja, kata dia, terjadi dua kasus
setiap minggunya. Jumlah ini belum termasuk pengaduan dari
masyarakat. Jenis kejahatannya beragam, mulai pencurian, tawuran,
perampokan dengan kekerasan dan pengrusakan tempat umum. “Di kota
lain, aksi brutal para gengster tidak separah di Bandung, bahkan
mungkin tidak ada,”ujarnya, menerka-nerka. Sa’bani yang saya temui di
kantornya mengungkapkan perilaku mereka didasari motif yang tak jelas.
Bahkan, bukan sekadar kebutuhan ekonomi. Faktanya, banyak dari mereka
berasal dari keluarga mampu. “Ada semacam kepuasan jika melakukan aksi
melanggar hukum.” “Kebanyakan dari mereka yang tercatat di kepolisian
adalah anggota kelompok XTC.” Menurut Sa’bani, di antara mereka tak
sedikit residivis dalam kasus pencurian kendaraan bermotor. Ada catatan
buat si residivis itu. Salah satunya menimpa perempuan muda bernama
Furwanti, 18 tahun. Tengah malam ia lewat di Jalan Laswi. Tiga motor
dengan enam orang pengendara, melaju pelan di hadapan Furyanti. Plat
nomor motor mereka ditutupi plastik. Satu dari mereka memepet Furyani
dan menempelkan sebilah golok di samping leher Furwanti. Hanya perlu
sedikit gerakan untuk menyobek leher itu. Furwanti terkesima dan
berhenti. Dengan sewenang-wenang mereka merampas helm dan kunci kontak,
lalu kabur dengan kecepatan tinggi. Belum habis teriakan Furwanti,
beberapa polisi mendekati Furwanti kemudian langsung mengejar mereka.
Nampaknya polisi telah mengintai mereka dari jauh. Polisi hanya
berhasil menangkap dua tersangka pelaku. Empat orang lainnya lolos. ***
KECENDERUNGAN perilaku mereka mengarah ke kriminal setidaknya telah
berlangsung sejak tahun 1990-an lalu, tak lama setelah arena balapan di
jalanan di Bandung dijaga ketat aparat kepolisian. Jalanan yang sering
digunakan untuk kebut-kebutan antara lain kawasan Gasibu di Jalan
Diponegoro, kawasan Dago dan Jalan Supratman. Arena kebut-kebutan tak
lagi terlokalisasi. Mereka menyebar secara sporadis ke jalanan lain yang
lolos dari pindaian polisi. Jalanan membawa hawa panas rupanya.
Mereka tak sekadar kebut-kebutan, tapi juga tawuran. Pada 1995, tiga
pemuda dikerangkeng di balik penjara, karena terbukti bersalah dalam
kasus tawuran antara geng Brigez dengan Binter Mercy. Satu orang
anggota Binter Mercy tewas. Saya berkunjung ke rumah Ilmanul salah
satu anggota Brigez yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Saya
mendapat sambutan hangat darinya. “Saat itu saya tidak tahu ada orang
yang terbunuh, saya baru tahu dari koran keesokan harinya,” ujar
Ilmanul meceritakan kepada saya. “Dalam tawuran, kita tidak peduli
berapa korban yang terluka atau yang terbunuh, yang penting saat itu
bagaimana menyelamatkan diri dan teman-teman,” tambahnya. Ilmanul
dihukum dua tahun penjara, sedangkan dua orang temannya masing-masing
dihukum tiga tahun dan 2,5 tahun penjara. “Waktu itu memang kami
bersalah, menggesek-gesekan samurai di depan mereka,” kata Ilmanul.
Yopi, anggota GBR, mengisahkan tragedi paling mengerikan dalam
hidupnya pada tahun 1998, ketika terjadi perang besar-besaran antara
GBR dengan XTC yang melibatkan ratusan anggota geng motor di kawasan
Dago. Lima orang meninggal dalam tragedi itu. Mereka mengenangnya
dalam ungkapan “Dago Menangis.” Yopi lulusan Universitas Pasundan
Bandung tengah mendirikan lembaga konsultan dalam bidang pangan. Ia
memutuskan untuk tidak lagi ikut dalam kegiatan geng motor.“Teman saya
banyak yang meninggal, akibat tawuran dan OD (Over
Dosis-red),”ungkapnya. Wendy Prananda, juga anggota GBR, menyaksikan
temannya sendiri kehilangan salah satu telinganya akibat dipotong lawan
tawurannya. Tapi peristiwa-peristiwa itu tidak menjadi alasan untuk
jera. Wendy menyukai dunia broadcast. Ia menjadi juru kamera di salah
satu televisi lokal di Bandung. “Kami seperti keluarga, meski saya
sudah jarang gabung, tapi soal kesetiakawanan gak pernah luntur,” kata
Wendy ketika saya menemuinya di kantornya. Tahun itu seolah menjadi
titik klimaks aksi brutal mereka. Pertemuan antar geng sering jadi
saat yang paling rawan gesekan. Nyawa berguguran dan melahirkan dendam
tak berujung. Samurai, jenis golok berukuran panjang yang biasa
digunakan oleh kelompok Ninja di Jepang, menjadi senjata khas mereka.
Tidak hanya saat tawuran, senjata ini biasa dipamerkan pada saat
konvoi. Samurai dilepas dan ujung runcingnya digesekkan ke jalanan
hingga memercikan cahaya api. Senjata lainnya yang biasa digunakan
yakni golok, stik soft ball, bom molotof bahkan senjata api jenis
pistol. Tidak tahu pasti siapa yang menggunakan senjata api, namun
dari penuturan sebagian anggota geng yang saya temui, semuanya pernah
melihat teman satu gengnya menggenggam pistol atau malahan diancam
dengan pistol. Tragedi demi tragedi terus terjadi. Dendam terus
berkecamuk, seperti snow ball. “Tidak perlu ada masalah, pokoknya
kalau ketemu, kami saling hajar,” kata Devi Makmur alias Felix, salah
satu pentolan XTC. Usianya masih muda belum genap 30 tahun. Saya
menemuinya di sebuah café tenda di Jalan Dipatiukur. Kejadian paling
hangat Agustus 2006 ketika Brigez sedang konvoi ke daerah Garut.
Tiba-tiba XTC melempari mereka dengan batu. Terjadi kejar-kejaran,
lalu tawuran. Satu unit rumah dan mobil milik warga hancur.
“Permasalahan dengan XTC tidak akan pernah berakhir sampai kapan pun.
Kami tidak pernah mewarisi dendam ini, tapi generasi selanjutnya akan
tahu dengan sendirinya,” ujar Ilmanul kepada saya. *** PERLU dibedakan
antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah kumpulan
orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan
jenis motor yang dikendarai. Sedangkan Club Motor biasanya mengusung
merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat
organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter
(kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio.
Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal
aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi
raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.
Ada empat geng motor yang pali
3.BANDUNG (Pos Kota) - Awalnya geng motor hanya kumpulan anak-anak
remaja yang hobi ngebut dengan motor, baik siang maupun malam
hari di Kota Bandung . Mereka melakukan balapan motor alias
trek-trekan di jalanan umum. Tapi kini, geng motor kini sudah
meresahkan masyarakat, karena sepak terjangnya makin beringas.
Kelompok ini sekarang sudah menyebar ke berbagai wilayah, meski
organisasi induknya tetap berada di Kota Bandung , Jawa Barat.
Untuk mengetahui, kenapa mereka berubah brutal dan jahat, kita
mesti lebih dulu mengetahui latarbelakang organisasinya dan
doktrin yang diterapkan saat mereka direkrut yang disebut sumpah.
Setiap anggota geng motor dalam sumpahnya, harus berani melawan
polisi berpangkat komisaris ke bawah. Anggota harus berani
melawan orangtuanya sendiri. Sumpah terakhir, anggota harus
bernyali baja dalam melakukan kejahatan.
Demikian tiga sumpah anggota geng motor di Bandung dalam buku
putihnya yang ditemukan polisi pada tahun 1999. Dokumen setebal
20 halaman yang diamankan Kapolwiltabes Bandung saat itu, Kolonel
(Kombes-Red) Yusuf Mangga Barani, nampaknya menjadi sumpah atau
patokan geng motor selama ini.
4 GENG TERKENAL Berdasarkan penyelidikan, ada empat geng terkenal
di Kota Bandung , yakni Exalt To Coitus (XTC), Grab On Road (GRB),
Berigadir Seven (Briges) dan Mounraker yang pada hakikatnya
memiliki ideologi sama, mencetak anggota dari kalangan siswa SMP
dan SMA menjadi remaja yang berperilaku jahat dan tak lepas dari
tiga sumpah di atas. Anggota bukan saja laki-laki, tetapi banyak
juga remaja putri yang senang ngumpul-ngumpul, berbaur dengan
putra.
Merujuk dari tiga poin doktrin geng motor tersebut, dapat
dimaklumi kalau mereka selalu berbuat jahat karena termotivasi
doktrin yang ada di kumpulanya itu. Hanya saja, aksi kejahatan
mereka kini semakin membabi buta. Bukan saja sebatas tawuran atau
merampas sepeda motor, tapi mereka sudah berani merampok dan
membunuh. Masalah kejahatan inilah yang kini jadi momok warga
Bandung untuk keluar pada malam hari. Dan sering membuat
kewalahan polisi untuk memberantasnya.
POTONG JARI Geng XTC berdiri pada tahun 1982 di Kota Bandung .
Dengan menancapka bendera putih biru muda bergambarkan lebah itu
awalnya didirikan sekelompok anak SMA swasta elite di kota ini.
Rekruitmen anggota terus digenjot kelompok ini. Sehingga pada
usia belasan tahun geng ini mampu menarik anak sekolah dan dengan
cepat berkembang di daerah-daerah di Jawa Barat.
Exalt To Coitas tercatat beranggotakan di atas 5.000 orang.
Anggota ini tersebar mulai Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Ciamis, Garut, Tasikmlaya, Sumedang, Cianjur, Subang, hingga
Cirebon dan Kuningan. Sejalan dengan tipe lebah, anggota geng
tersebut selalu kompak bila ada anggotanya yang disakiti anggota
geng lain. Bagaikan lebah, ketika disakiti, mereka terus memburu
musuh-musuhnya yang menggangu kenyaman hidup mereka.
Kami mengakui kalau XTC merupakan geng terbesar di Bandung
dibanding tiga geng lainnya. Kekuatan semakin besar egonya pun
tak ketulungan. Walau geng lain tak menggangu, XTC selalu membuat
masalah, kata sejumlah pentolan geng motor yang menolak ditulis
namanya.
XTC geng motor yang terkuat saat ini. Jumlah anggota semakin
bertambah, sehingga daerah jajahan nya pun semakin luas. Semula
XTC hanya menguasai sejumlah ruas jalan di Kota Bandung mulai
Jalan Peta, Buahbatu, Gatot Subroto dan Jalan Diponogoro. Namun,
belakangan, daerah kekuasaan geng ini semakin bertambah dan mampu
mencaplok daerah Jalan Dago, Pasteur hingga Kiaracondong.
Dengan adanya eksvansi daerah kekuasaan ternyata banyak
menyinggung kewibawaan geng motor lainnya di Kota Bandung .
Buntunya, percikan pertengkaran dan saling serang menyerang terus
terjadi meski harus menumbalkan nyawa anggotanya.
Diakui atau tidak, geng XTC dimusuhi tiga geng lainnya. Ini bukan
impian tapi kenyataan, kata para remaja di Bandung .
Dalam membuat anggota baru, XTC memiliki cara tersendiri. Para
anggota yang datang dari lingkungan sekolah SMP dan SMA selalu
digodok di daerah Lembang selama empat hari untuk mengikuti
training loyalitas.
Polisi jajaran Polwiltabes Bandung mencatat, training loyalitas
yang diterapkan bukan berupa pelajaran sekolah, melainkan berupa
penggojlokan fisik mulai ditendang diinjak dan dipukul.
Penyiksaan ala IPDN terhadap praja lebih ringan dibanding
penyiksdaan di XTC. Dan cuplikan gambar tersebut ada di CD yang
berhasil diamankan Polwiltabes, kata sejumlah anggota polisi.
Yang lebih parah lagi, semua anggota baru yang lulus dalam uji
loyalitas, harus mengikuti tes terakhir ketika mereka pulang ke
rumah. Tes itu berupa mengendarai sepeda motor Lembang-Bandung
tanpa harus menggunakan rem. Latihan ini yang kini terus
dikembang dalam aksi kejahatan perampasan perampokan dan
penyerangan di tengah jalan, kata dia. Anggota XTC memiliki
keunikan tersendiri dalam organisasinya.
Setiap orang mengundurkan diri dari keanggotaanya yang
bersangkutan diharuskan potong jari kelingking. Upacara ini
menandakan kesetiaan seseorang terhadap geng. Luar biasa !
MINUM DARAH ANJING Berbeda dengan geng motor Brigadir Seven
(Briges) dalam merekrut anggota barunya. Tiga doktrin utama
seperti musuhi polisi, lawan orang tua, dan berlaku jahat di
tengah malam terus dikembangkan pada tubuh geng yang semula
beranggotakan siswa SMA 7 Bandung. Terhadap anggota baru,
Komandan Briges terus melakukan uji nyali mulai keterampilan
dalam beraksi hingga mereka diharuskan minum darah anjing dan
ayam. Konon, dua darah ini bisa menubuhhkan rasa berani pada diri
seseorang.
Dengan keberaniannya dalam beraksi, Briges mengalami perkembangan
cukup lumayan. Di bawah bendera negera Jerman bergambarkan
kelelawar hitam, Briges terus mengembangkan sayap dalam dunia
geng hingga mengalami kekuatan kedua setelah XTC.
Dalam dunia pergengan di Bandung , Briges yang berdiri pada tahun
1980-an menempati posisi kedua dan sekaligus musuh bubuyutan XTC.
Beberapa tahun belakangan, Briges berubah arti. Semula Brigadir
Seven, tiba-tiba pada tahun 1999 berubah menjadi Brigadir
Gestapu. Ketika nama Gestapu melekat pada kelompok mereka aksi
brutalnya pun semakin menjadi-jadi. Setiap hari terus tawuran dan
menyerang sekolah-kolah di Bandung . Tak kurang dari seminggu tiga
kali, Beriges selalu bentrok dengan XTC.
Dalam pencaturan wilayah kekuasaan, Briges hanya mengendalikan
beberapa jumlah ruas jalan yang ada di Bandung . Jalan Lengkong
Kecil dan Besar, tempat sekolah mereka berdiri, merupakan daerah
kekuasaan utamanya yang tak bisa diganggu siapapun. Ketika
nyalinya semakin tinggi, Jalan Asia Afrika berhasil diambilalih
termasuk Jalan Sudirman kota Bandung .
Moonraker, geng motor yang beridiri pada tahun 1978. Para pendiri
geng ini merupakan siswa SMA yang ada di Jalan Dago yang
mencintai dunia balapan motor pada waktu itu. Nama geng itu
sendiri diambil dari judul film James Bond yang sedang naik daun
pada waktu itu. Dalam pencaturan jumlah anggota geng ini di bawah
Briges. Kecilnya anggota bukan jadi ukuran dalam dunia kejahatan.
Anggota Moonraker sama saja dengan yang lain, beringas, ganas dan
selalu siap perang pada malam hari. Di bawah naungan bendera
merah putih biru bergambarkan kelelawar, Mounraker mampu berkuasa
di kota ini. Sepanjang Jalan Dago, Dipati Ukur dan Dago pojok
merupakan wilayah kekuasaanya. Belakangan geng ini sering bentrok
dengan XTC menyusul sebagian wilayahnya telah dieksvansi geng
itu.
Grab On Road (GRB) merupakan geng motor paling bontot di Kota
Kembang. Anggota mayopritas anak SMP 2 yang memiliki hobi balapan
setiap malam. Di bawah bendera merah kining hitam, geng tetap
berjalan meski anggotanya hanya sedikit dibanding tiga geng
lainnya.
Daerah kekuasaan mereka sepanjang Jalan Sunda, Sumatera dan
sekitarnya.
Geng ini lamban dalam melakukan perkerutan anggota. Hal itu
tertjadi karena pentolan pengurus masih anak SMP sehingga pola
pegembangan organisasdinya cukup lamban. Kejahatan, jangan
ditanya. Beringasnya sama saja, kata polisi.
INCAR EMPAT GENG Empat geng motor yang terus membuat kisruh di
Bandung nyatanya turut mengundang amarah polisi. Tak
tanggung-tanggung, Kapolrtesta Bandung Tengah AKBP Mashudi
menegaskan empat geng motor itu yang menjadi inacaran kepolisian.
Keempat geng ini incaran kami karena selalu bikin ulah,
tandasnya.
Polisi mengincar geng motor sangat dimalumi. Pasalnya, dalam dua
bulan terakhir tercatat tiga warga tewas sia-sia akibat dibantai
anggota geng motor. Sebut saja Asep siswa SMA tewas dibantai
kemudian mayatnya dibuang ke sungai di Celenyi Kabupaten Bandung .
Kemudian sensi anak SMA tewas dibantai geng motor dan mayatnya
dibuang diselokan daerah margahayu raya. Korban ketiga PNS Kanwil
Bea Cukai Merak Banten
Putu. Korban ini dibantai ketika sedang silaturahmi ke teannya di
Bandung .
Aksi kejahatan yang dilakukan geng motor, lanjut Mashudi, sangat
monoton. Mereka berkelompok menyergap merampas dan menguras
hartanya. Bila melawan korban dihabisi. Geng ini tak mau
bergerak sendirian, tegasnya. Dari fakta yang ada, lanjut dia,
korban warga biasa (diluar anak sekolah) dibunuh ketiuka mereka
melawan. Alasan melakukan pembunuhan sangat enteng yaitu salah
sasaran.
Jika korban menimpa anak SMA itu murni dibantai karena adanya
permusuhan antara geng. Korban terpaksa dibantai karena diduga
menyakiti anggota geng lain, atau mengkhianati geng yang korban
masuki. Pengunglapan sangat a lot karena pelajar yang berhasil
ditangkap selalu tutup mulut untuk ketika ditanya masalah gengnya
itu,.
Berdasar bukti yang ada, anggota geng motor merupakan anak dari
para pejabat yang ada di kota bandung . Melihat status sosial
orang tuanya, ada kesan polisi nampak menutup sebelah mata
terhadap aksi kejahatan geng motor tadi. Namun, Kapolda Jabar
Irjen Pol Sunarko, memberikan sinyal, supaya geng motor yang
berulah diproses secara hukum. Tak peduli anak siapa dan
darimana, kalau bersalah proises sesuai hokum, tegas kapolda
kemarin.
BISA MEMBAHAYAKAN KRIMINOLOG Soedjono, berkomentar blak-blakan
masalah geng motor ini. Dia mengaku blak-blakan atas keburutalan
mereka. Jangan dibiarkan, bisa-bisa nantinya membahayakan!
Geng motor kata dia, merupakan wadah yang mampu memberikan gejala
watak keberingasan anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari
trend an mode yang sedang berlangsung saat itu. Aksi brutal itu
perlu diredam. Mulanya berbuat jahat dari yang ringan seperti
bolos sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan membunuh.
Lumrahnya jika sudah berani jahat ada indikasi mereka
mengkonsumsi narkoba, kata dia.
Menyikapi masalah ancaman terhadap polisi, demikian Soedjono,
perlu dijadikan alat kaji diri untuk kepolsian. Ancaman mereka
nampaknya serius karena anggota geng mengakui polisi merupakan
penghalang utama dalam melakukan kejahatan. Mereka berlaku jahat
ujung-ujungnya berusurasan dengan polisi. Makanya mereka benci
polisi, tuturnya.
Begitu pun membenci melawan orang tua. Mereka sadar karena masih
sekolah sumber keuangan ada di orang tua. Olehgkarenanya, jika
orang tua tak memberi uang cukup, mereka terpoaksa membenci dan
mengancam orangtuanya tadi. Sedang aksi kejahatan berupa
perampasan dan perampokan, merupakan jalan lain untuk
m,endapatkan penghasilan. Pola piker seperti harus segera
dihentikan,.
Solusi konkret yang perlu ditempuh adalah, kepolisian haruis
konsisten memberantas mereka. Kemudian DInas pendidikan dan
sekolah harus turut bergandeng tangan dengan polri dalam
meminimalisir aksi kejahatan itu. Jangan ada kesan Diknas cuci
tangan Karen ada polisi. Cuci tangan ini yang membahayakan,
katanya.
TEMBAK DITEMPAT Kebrutalan geng motor bukan saja dirasakan pihak
kepolisian. Warga pun kini mulai merasa gerah akan ulah mereka.
Aksi mereka yang dilakukan tengah malam, membuat rasa takut warga
Bandung untuk jalan-jalan di malam hari. kami merasa tak nyaman
malam hari di bandung . Khawatir geng motor nyerang dan merampas
motor. Olehkarenya kami setuju kalau mereka yang berbuat jahat
tembak ditempat saja, kata warga, Yunus,45,.
Hal sama diungkapkan tokoh masyarakat wilayah Bandung Timur. H.
Muhamad Husein dengan tegas meminta supaya polisi bertyindak
tegas kepada geng motor ketika melakukan aksi kejahatan. kami
piker tak perlku pusing kalau sudah cukup bukti dan tertanghkap
basah berlaku jahat tembak mati saja, katanya.
Tembak mati atau tembak melumpuhkan, merupakan stimulus jitu
untuk memberikan efek jera pada meraka. Namun, action polisi
mengarah ke penembakan itu belum, ada, sehingga ada kesan polri
sangat menutup mata akan kejahatan geng motor tadi. Geng motor
yang diproses di perngadilan tak akan memberikan efek jera.
Ketika pelaku divonis bebas, rekan-rekannya menyambut dan
mengelu-eluka. Jika anggota geng motor ditangjap dan diadili maka
anggota itu menjadi pahlawan, tegasnya.
Olehkarenya, untuk memberikan rasa aman pada warga dan tamu luar
kota yang dating ke bandung , tiondakan tegas kepada anggota geng
motor harus segera dilakukan. Kami sangat prihatin bila ada tamu
ke
Bandung kemudian tewas dibantai geng motor. Mereak telah merusak
citra kota Bandung , katanya, seraya menambahkan, warga luar kotra
yang ada di bandung waspadalah bila jalan-jalan pada tengah
malam